Anda sudah selesai membaca sebuah karya tentang studi agraria? Tuliskan kembali ringkasan bacaan Anda dan kirimkan ke : studiagraria@gmail.com. Kami akan memuatnya di situs ini. Dan, mari kita membicarakannya.

Senin, 01 Maret 2010

Pedoman Menulis Ikhtisar Studi Agraria

Sudah selesai membaca? Jangan tunda untuk menuliskan kembali apa isi bacaan Anda tadi. Tambahi dengan pujian, kritik, atau saran yang ada di pikiran Anda. Inilah babak pertama yang akan mengawali segalanya: bagian terpenting dalam proses kreatif penulisan sebuah ikhtisar.

Jangan menunda suatu pekerjaan, kata orang bijak. Dalam banyak kasus, dan demikian pula halnya dengan yang kali ini, nasehat itu sungguh benar. Begitu selesai membaca suatu buku, bab dalam suatu buku, artikel dalam suatu jurnal akademik, atau suatu laporan penelitian, kertas kerja, jangan tunda untuk mulai menuliskan butir-butir iktisar, pujian dan kritik atas atas karya tulis yang baru selesai anda baca itu. Inilah babak kreatif yang istimewa. Saat emosi dan pikiran sepanjang membaca naskah tadi langsung tertuang selagi mereka masih hidup dalam diri Anda.

Apakah sudah selesai? Tentu saja belum. Diamkanlah saja apa yang telah Anda tulis. Seberapa lama? Tak ada waktu yang pasti. Bisa saja segera setelah Anda keluar ruangan, minum kopi barang seteguk atau dua teguk, menghirup udara segar, kemudian kembali lagi. Jika Anda tipe orang sibuk, bisa saja tulisan ringkas itu Anda diamkan beberapa hari. Asal, ya jangan sampai hilang saja. Ingat selalu bahwa Anda akan kembali lagi padanya.

Nah, setelah terbentang jarak waktu yang cukup antara saat Anda menuliskan butir-butir ikhtisar, pujian dan kritik itu dengan saat Anda putuskan untuk kunjungi lagi tulisan itu, ikutilah pedoman umum berikut ini:

Tahap Pertama: Lihat kembali isi tulisan
Untuk mempermudah, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini sambil meninjau kembali tulisan Anda:

1. Apakah Anda tahu atau memiliki informasi mengenai latar belakang penulis karya tersebut ? Jikalau tidak pun tak mengapa, meski demikian informasi mengenai penulis akan membantu menelusuri argumentasi yang dikemukakan. Semakin banyak informasi yang diperoleh, semakin mudah untuk memahami pemikiran penulis.

2. Apakah Anda telah mengemukakan kembali pokok-pokok argumen dari karya itu, dan cara bagaimana penulis sampai pada argumen-argumen pokok itu? Apa saja yang ditampilkan penulis demi menyokong argumen-argumen pokoknya?

3. Sudahkah Anda secara eksplisit mengemukakan kerangka apa yang dipergunakan untuk menilai naskah ini. Ingat, jangan menilai naskah ini di luar kodrat dan porsinya. Ibaratnya, jangan mengharapkan tikus bisa terbang, atau kupu-kupu bisa berenang. Ini diperlukan agar pembaca mengetahui bagaimana cara Anda melakukan penilaian. Penilaian dengan menuliskan pengharapan yang terlalu tinggi bisa jadi malah memperburuk penilaian pembaca terhadap Anda bukannya sebaliknya.

Nah, bagaimana? Setelah Anda utak-atik kembali tulisan dan sudah merasa puas dengan hasilnya, kini kita beranjak ke tahap berikutnya.

Tahap Kedua: Sesuaikan teknis penulisan
Harap diingat bahwa panjang ikhtisar yang dapat diterima berkisar antara 1000 hingga 1500 kata. Ukuran panjang naskah ini dipilih dengan pertimbangan memungkinkan pembaca menuntaskan membaca sebuah ikhtisar pada saat itu juga.

Setelah memiliki gambaran mengenai panjang pendeknya tulisan Anda kelak, kini permak kembali tulisan Anda agar memenuhi dengan ketentuan situs Agraria Dotkom.
sebagai berikut:

1. Judul. Lengkapi dengan kutipan bibliografik dari karya yang ditinjau (judul lengkap, pengarang, tempat penerbit, penerbit, tahun penerbitan, edisi-jika ada, dan jumlah halaman). Jika karya ilmiah yang diambil bagian dari satu buku, tuliskan judul bukunya. Jangan lupa pula untuk memberi keterangan jika karya ilmiah itu belum diterbitkan atau akan diterbitkan dalam waktu dekat.

2. Bagian pertama. Berisi ringkasan isi buku seperti: latarbelakang, permasalahan yang hendak dibahas serta yang terpenting adalah apa argumen utama yang dikemukakan.

3. Bagian kedua. Mengenai bagaimana penulis sampai pada argumen tersebut. Kemukakan juga bukti-bukti pendukung yang dikumpulkan penulis dan bagaimana cara menampilkannya.

4. Bagian ketiga. Berisi penilaian Anda terhadap penulis: apakah sudah berhasil mencapai tujuannya penulisan atau belum.

5. Bagian Kelima berisi mengenai kekuatan dan kelemahan dari karya ilmiah yang ditinjau.

Tahap Ketiga: Membersihkan kata dan kalimat
Apa ini? Ini tugas sepele namun penting. Bisa saja Anda orang yang sangat pintar mengemukakan argumentasi dan ide-ide baru, namun menuliskannya ternyata tak semudah memikirkannya. Artinya biarpun gagasannya bagus dan jernih, tapi tulisannya masih kotor. Ini dalam artian yang sebenarnya lho. Yang paling sering terjadi karena salah ketik atau salah pencet. Tulisan yang jorok bagaimanapun juga mengganggu kenikmatan pembaca.

Berikut adalah kesalahan yang sering terjadi:
1. Kurang satu atau dua huruf hingga bisa saja merubah arti kata.

2. Terjadi pengulangan kata (kasusnya biasanya karena menghapus kalimat kemudian ketika hendak menuliskannya lagi masih ada satu atau dua kata tercecer)

3. Tidak bisa membedakan antara “di” sebagai kata depan dan “di” sebagai awalan. Misalnya: di depan (“di” sebagai kata depan), dipukul (“di” sebagai awalan). Membedakannya mudah kok. Sebagai kata depan, “di” menunjukkan suatu tempat, sementara sebagai awalan, “di” menjadi kata kerja.

4. Tidak meletakkan titik dan koma dengan benar. Baca kembali kalimat demi kalimat yang Anda buat. Coba Anda taati sendiri pemakaian titik dan koma yang ada. Intinya, jika koma berarti Anda harus berhenti membaca sebentar untuk mengambil nafas atau memahami isinya. Jika sampai pada titik, barulah Anda bisa berhenti agak lama. Nah, jika sudah membaca sampai panjaaaaaaang sekali tapi tidak ada jeda di kalimat tersebut tentunya Anda sulit bernafas bukan? Begitu juga dengan pembaca yang membaca tulisan Anda. Oleh karenanya, letakkan titik dan koma pada tempatnya agar tulisan Anda enak dibaca dan mudah dipahami.

5. Perhatikan kalimat yang menggunakan kata “yang” di awalnya. Dalam kasus ini penulis merasa perlu memberikan penjelasan detil kepada pembaca dengan menggunakan kata “yang” sampai beberapa kali. Tapi, yang terjadi sebenarnya bukannya memberi penjelasan tapi menambah kerumitan karena pembaca harus berpikir dua tiga kali untuk memahami fungsi “yang.” Misalnya pada contoh berikut: Ani mengenakan baju yang berwarna biru dari neneknya yang sedang bahagia pada hari Minggu yang ceria beberapa hari yang lalu. Cukup membingungkan bukan? Solusinya, kurangi pemakaian “yang”, hindari penjelasan yang terlalu detil dan tidak penting. Namun, jika memang penjelasan detil tak bisa dielakkan lagi, ya penggal-penggal saja kalimat menjadi lebih sederhana dan lebih mudah dipahami.

Dan, sebagaimana sebuah nasehat bijak: “Mulailah dengan menuliskannya untuk diri sendiri, selanjutnya sebarkanlah ke sesama.” Selamat Menulis!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar